GANGGUAN PENGGUNAAN ZAT ADIKTIF
GANGGUAN PENGGUNAAN ZAT ADIKTIF
A. Pengertian
Gangguan penggunaan zat adiktif adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh penggunaaan zat adiktif yang bekerja pada sususnan saraf puzat yang mempengaruhi tingkah laku, memori, alam perasaan, proses pikir dari seseorang. Penggunaan zat adiktif ini akan dapat mengalami suatu kondisi lanjut yaitu ketergantungan zat adiktif.
Yang dimaksud engan ketergantungan zat adiktif adalah suatu kondisi yang cukup berat dimana pola penggunaan zat yang patologis menyebabkan sipengguna mengalami sakit cukup berat dan berbagai macam kesulitan, tetapi tidak mampu menghentikannya. Kondisi ini ditandai dengan adanya : sindroma putus zat dan toleransi. Sindroma putus zat adalah kondisi dimana sipengguna zat adiktif menurunkan atau menghentikan penggunaan zat yang biasanya digunakan, akan menimbulkan gejala yang sesuai dengan jenis obat/zat yang digunakan. Toleransi adalah suatu kondisi dimana sipengguna obat / zat mengalami peningkatan dosis zat setiap penggunaan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
B. Rentang Respon
Rentang Respon Kimiawi Tubuh terhadap Penggunaan Zat Adiktif
Respon Adaptif respon maladaptif
Eksperimental rekreasional Situasional Penyalahgunaan Ketergantungan fisik psikologis, toleransi
Penggunaan zat eksperimental
adalah penggunaan taraf awal, disebabkan oleh rasa ingin tahu, ingin mencari -pengalaman baru atau sering juga dikatakan sebagai tahap awal
Penggunaan Secara rekreasional
Penggunaan pada waktu berkumpul bersama dengan teman sebaya misalnya pada waktu pertemuan, malam minggu, ulang tahun. Penggunaan ini bertujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya
Penggunaan zat secara situasional
Remaja menggunakan zat mempunyai tujuan tertentu secara individual, sudah merupakan kebutuhan diri, cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah. Digunakan pada waktu konflik stres dan frustasi
Penyalahgunaan zatadiktif
Sudah bersifat patologis dan sudah mulai digunakan secara rutin, sudah terjadi atau berlangsung lebih dari zatu bulan terjadi penyimpangan perilaku
Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan zat yang cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis, adanya toleransi dan sindroma putus zat
C. Pengenalan Zat adiktif
Zat adiktif adalah zat yang sering digunakan oleh individu yaitu zat yang bersifat psikoaktif dimana zat tersebut bekerja pada susunan saraf puzat sehingga menyebabkan perilaku, kesadaran, persepsi, alam perasaan, orientasi dan memori seseorang.
Macam-macam zat adiktif.
1. Alkohol : Bir, Whyski, Rum, Brendy, Vodka.
2. Opioda : Opium, Codein, Morphin, , Heroin.
3. Stimulantia : Kokain, Aphetamin, Kafein, Nikotin.
4. Sedatavia dan Hipnotika : Valium, Librium. Luminal.
5. Halusinogen : Ilusi, Visual, Alam Perasaan.
6. Inhalausia/Solvon : Aerosol Spray, Bensin, Pelumas.
D. Pengkajian
1. Faktor predisposisi
a. Faktor biologis ( Genetik , metabolik, infeksi pada otak, penyakit kronis)
b. Faktor psikologis
Type kepribadian yang tergantung (dependent)
Harga diri yang rendah, terutama untuk ketergantungan alkhohol, sdatif hypnotik yang diikuti rasa bersalah
Pembawa keluarga : Kondisi keluarga yang tidak setabil, role model yang negatif, kurang dipercaya, tidak mampu untuk yang lainnya, dan orang tua yang ketergantungan zat adiktif
Individu yang perasaan tidak aman
Ketrampilan menggunakan koping yang menyimpang
Remaja yang mengalami gangguan identitas diri : kecenderungan homoseksual, krisis identitas, menggunakan zat adiktif untuk menyatakan kejantanannya
Rasa bermusuhan dengan orang tua
c. Faktor sosisal kultural
Persepsi / penerimaan masyarakat terhadap pengguanan zat adiktif
Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunan dan penyalahgunaan zat adiktif seperti tembakau, ganja dan alkhohol
Role model orang tua yang menggunakan dan menyalahgunakan zat adiktif ( faktor identifikasi keluarga)
Norma budaya : sukun bangsa tertentu menggunakan zat adiktif (halusinogen, alkhohol ) untuk upacara adat dan keagamaan
Remaja yang lari dari rumah
Remaja dengan perilaku penyimpangan seksual usia dini
Remaja usia dini sudah melakukan tindakan kriminal
2. Faktor presipitasi
Stress dalam kehidupan merupakan suatu kondisi pencetus terjadinya gangguan zat adiktif. Bagi remaja penggunaan zat adalah suatu cara untuk mengatasi stress yang dialami dalam kehidupan. Stressor presipitasi untuk terjadinya penyalahgunaan zat adiktif adalah
a. Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman-teman sebaya sebagai pengakuan
b. Reaksi sebagai suatu prinsip kesenangan, tujuannya untuk menghindari sakit dan mencari kesenangan
c. Kehilangan orang yang berarti : pacar, orang tua, orang terdekat dll
d. Diasingkan oleh lingkungan
e. Kompleksitas dan ketegangan kehidupan modern
f. Tersedianya obat-obatan
g. Pengaruh dan tekanan teman sebaya
h. Mudah mendapatkan zat adiktif
i. Pesan dari masyarakat “ bahwa zat adiktif dapat menyelesaikan semua masalah.
3. Tingkah laku
Penyalahgunaan zat adiktif dapat berkembang menjadi ketergantungan fisik, psikologis dan toleransi. Ketergantungan fisik adalah tubuh membutuhkan zat adiktif dan jika tidak dipenuhi maka akan terjadi gejala putus zat pada fisik. Ketergantungan psikologik adalah efek subyektif dari sipengguna zat.
Tingkah laku dan kondisi ketergantungan yang tersebut diatas adalah :
a. Tingkah laku pasien pengguna sedatif hipnotik
Menurunnya sifat menahan diri
Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang
Bicara cadel dan bertele-tele
Sering datang ke dokter untuk minta resep
Kurang perhatian
Sangat gembira, berdiam ( depresi), kadang-kadang bersikap bermusuhan
Mengantuk
Ganggguan dalam daya pertimbangan
Dalam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun dan dapat menimbulkan kematian
Meningkatkan rasa percaya diri
b. tingkah laku pengguna ganja
Kontrol diri menurun bahkan hilang sama sekali
Menurunnya motivasi perubahan
Ephoria ringan
c. Tingkah laku pengguna alkhoho
Bersikap bermusuhan ( hostilitas)
Kadang bersikap murung, diam ( depresi)
Kontrol diri menurun
Suara keras, cedal dan kacau
Agresif
Minum alkhohol pada pagi hari agar tak kenal waktu
Partisipasi lingkungan sosial sangat kurang
Daya pertimbangan menurun
Koordinasi motorik terganggu, cenderung kecelakaan
Dalam keadaaan over dosis kesadaran menurun sampai koma
d. Tingkah laku penggunan opioda
Terkantuk-kantuk
Bicara cedal
Koordinasi motorik terganggu
Acuh terhadap lingkungan dan kurang perhatian
Perilaku manipulatif untuk mendapatkan zat adiktif
Kontrol diri kurang
e. Tingkah laku pada pengguna kokain
Hyperaktif
Euphoiria sampai agitasi
Iritabilitas
Halusinasi dan waham, seperti skisofrenia paranoid
Kewaspadaan berlebihan
Sangat tegang
Gelisah dan insomnia
Tampak mem,besar-besarkan sesuatu
Dalam keadaan over dosis : kejang , delirium dan paranoid
f. Tingkah laku pengguna halusinogen
Tingkah laku tidak dapat diramalkan, Tingkah laku merusak diri
Halusinasi, ilusi
Distorsi ( Gangguan dalam penilaian) waktu dan jarak.
Sikap merasa diri besar
Kewaspadan meningkat
Depersonalisasi
Pengalaman yang gaib/ajaib
4. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan adalah denial dari masalah, proyeksi untuk melepaskan tanggung jawab dan disosiasi sebagai efek dari penggunaan zat adiktif
Data khusus yang perlu didapat saat menghadapi orang dengan ketergantungan
Jumlah dan kemurnian zat yang digunakan
Seringnya menggunakan ( hari, minggu, bulan )
Metode ( rokok, hisap Injeksi, dll )
Dosis terakhir yang dugunakan
Cara memperoleh zat
Dampak bila tidak menggunakan
Jika over dosis beratnya seberapa
Tujuan pasen datang
Sisem dukungan yang ada ( keluarga, sosial dan finansial)
Tingkah laku manipulaitf
E. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA diagnosis keperawatan pada pengguna zat adiktif adalah sebagai berikut :
Gangguan persepsi sensori pada gangguan halusinogen sehubungan dengan tekanan teman sebaya dimanifestasikan menutup telinga dan berteriak " jangan katakan itu " bila pasien ditinggal dikamar
Gangguan proses berfikir pengguna alkhohol sehubungan dengan tekanan dari hukum, tuntutan keluarga dimanifestasikan dengan bingung dan kurang sadar
Gangguan persepsi sensori : visual pada penggunaan alkohol sehubungan dengan hilangnya pekerjaan dan ditolak keluarga dimanifestasikan dengan berkata kepada perawat : bersihkan binatang kecil ini sambil menyapu bajunya dengn tangan.
Gangguan berhubungan sosial : manipulatif b - d kondisi putus zat adiktif
Tidak efektifnya kopping individu sehubungan dengan terus menggunakan zat adiktif, hambatan lingkungan sosial
Gangguan konsep diri ( HD rendah) b -d tidak mampu mengatasi perasaannya, menggunakan mekanisme kping ( denial)
Gangguan pemusatan perhatian b - d dampak pemakaian zat adiktif
Gangguan aktifitas sehari-hari b - d
Partisipasi keluarga yang kurang dalam program pengobatan b - d kurang pengetahuan
Menolak mengikuti aktivitas program b - kurang motivasi
Potensial melarikan diri b - d ketergantungan psikologis
Resiko perilaku merusak diri b - d halusinasi
F. Perencanaan
1. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan penggunaan zat adiktif adalah :
agar tidak terjadi ancaman terhadp kehidupan
Aman dari kecelakaan pada kondisi intoksikasi / setelah masa detoksikasi
Termotivasi utuk mengikuti program terapi jangka panjang
Mengenal hal-hal positif pada dirinya
Menggunakan koping yang sehat dalam mengatasi masalah
Keluarga bekerja sama dalam program terapi
Mempunyai pengetahuan untuk merawat setelah pasien pulang
2. Rencana intervensi
a. Pendidikan kesehatan untuk pencegahan penggunaan zat adiktif
Adakan grup diskusi tentang penggunaan zat adiktif, pengalaman, dan koreksi interpretasi yang salah
Demonstrasikan dampak negatif penggunaan zat adiktif ( putar film, bahan bacaan dll)
Buat kelompok kecil sesama teman yang menyalahgunakan zat yang telah lepas karena pengalaman yang tidak menyenangkan
Ajarkan Pengungkapan verbal terhadap penolakan pikiran yang mengganggu untuk penggunaaan zat adiktif
b. Tindakan keperawatan pada gangguan zat adiktif
Membahas dengan pasien tinhgkah laku menyalahgunakan zat dan resiko pengunaan
Membantu pasien mengidentifikasi masalah penyalahgunan zat
Mendorong pasien agar mau mengikuti program terapi
Mendorong pasien mengutarakan hal-hal yang menyebabkan penyalahgunaan zat
Mengadakan kontrak persetujuan dengan pasien
Membantu pasien mengenal dan menggunakan koping yang sehat
Konsisten memberi dukungan
c. Menjaga keamanan dan kenyamanan fisik secara optimal
Memberikan perawatan fisik : observasi tanda vital, keseimbangan cairan dan kejang
Memberikan obat sesuai dengan dosis ( terapi detoksifikasi)
Observasi sindroma putus zat dan mencatat adanya kemungkinan sinroma putus zat
d. Dukungan sosial
Identifikasi dan kaji sistem dukungan sosial
Menyediakan dukungan dari orang-orang yang berarti
Memberikan pendidikan kepada pasien yang berarti tentang masalah penyalahgunaan zat adiktif dan sumber yang tersedia untuk mengatasi
Mengirim pesan pada sumber yang tepat dan memberi dukungan sampai pasien ikut dalam program
e. Meningkatkan pengembangan alternatif metodfe pemecahan masalah pada stress dan atau konflik
Menganjurkan pasien untuk menggali cara alternatif pemecahan masalah pada stress dan situasi yang menyulitkan
Menolong pasien untuk mengidentifikasi masalah, pendekatan pemecahan masalah dan mengevaluasi proses
Membatu klien mengidentifikasikan dan mengekspresikan cara yang diterima dan memberikan dorongan yang positif
Mengikutsertakan pasien dalam kelompok teman sebaya untuk mengkonfrontasikan, umpan balik positif dan membagi perasaan
f. Mempersiapkan pasien pulang
Mengikutsertakan pasien dalam merehabilitasikan vokasional pelayanan sosial dan sumber lain sesuia dengan kebutuhan individu
Dx 1
Gangguan kesadaran : somolent berhubungan dengan intoksikasi sedatif hypnotik
Tujuan : Pasien tidak menurun kesadarannya selama intoksikasi obat sedatif hipnotik.
Tindakan keperawatan
- Observasi tanda-tanda vital terutama kesadaran, gejala kejang terutama 25 menit pada 3 jam pertama, 30 menit 3 jam kedua, setiap 1 jam selama 24 jam berikutnya.
- Bekerja sama dengan dokter dalam pemberian obat diazapam, perhatikan dosis, reaksi pasien dan lama pemberian.
- Memberikan rangsangan fisik secara terus menerus dengan cara menepuk-nepuk bahu, memanggil nama pasien, mengajak bicara terus menerus agar pasien tetap sadar, dan tidak jatuh pada kondisi koma.
- Memberikan rasa nyaman dan aman misalnya : mengurangi bunyi-bunyian yang merangsang emosional pasien.
- Menjaga keselamatan diri pasien selama kesadarannya terganggu dan temani pasien sampai kesadarannya pulih kembali.
- Bila gelisah, sulit diatasi kalau perlu fiksasi.
Dx 2
Gangguan pemusatan perhatian sehubungan dengan dampak penggunaan zat adaptif.
Tujuan :
Pasien dapat mengikuti program therapi dalam jangka panjang.
Tindakan keperawatan :
- Mengkaji dan evaluasi dengan melakukam psikotest intelegensi pasien.
- Mengkaji sosial ekonomi dan tingkat pendidikan pasien.
- Memberikan kegiatan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Memberikan pujian bila pasien melakukan/menyelesaikan sesuatu pekerjaan.
- Mengikutsertakan pasien dalam kegiatan pertemuan kelompok setiap pagi diberi tugas suatu berita yang aktual misalnya TV, koran, Radio dan dibahas bersama-sama pasien lain.
g. Evaluasi
- Pasien dapat mencapai kebutuhan fisik dan harga diri secara alamiah.
- Tingkah laku pasien dapat direfleksikan melalui tingkat pengertian tentang adanya hubungan antara stres dengan kebutuhan untuk menggunakan zat.
- Sumber koping pasien adekuat
- Pasien mengenal kecemasan dan sadar akan perasaannya.
- Pasien menggunakan sumber koping yang adaktif.
- Pasien mempunyai alternatif untuk mengatsi stres atau cemas.
- Pasien mampu secara periodik tetap tidak menggunakan zat adiktif.
- Pasien berpartisipasi dalam program perawatan yang diberikan.